Selasa, 15 April 2008

HUBUNGAN BUSINESS INTELLIGENCE DENGAN ERP

HUBUNGAN BUSINESS INTELLIGENCE DENGAN ERP

PENDAHULUAN

Konsep ERP dikembangkan dengan latar belakang pemikiran perlunya dilakukan aktivitas pengintegrasian proses secara lintas fungsi di dalam perusahaan, agar dapat lebih responsif terhadap berbagai kebutuhan pelanggan atau “customer”. Dilibatkannya aplikasi atau software dalam konsep ERP adalah semata-mata karena perangkat teknologi tersebut dapat memberikan nilai tambah berupa: penghapusan proses-proses yang tidak perlu (process elimination), penyederhanaan proses-proses yang rumit atau bertele-tele (process simplification), penyatuan proses-proses yang terpisah-pisah (process integration), dan pengotomatisasian proses-proses yang manual (process automation).
Travis Anderegg mendifinisikan ERP sebaga beikut :
”ERP is a complete enterprise wide business software solution. The ERP system consists of software support modules, such as: marketing and sales, field service, product design and development, production and inventory control, procurement, distribution, industrial facilities management, process design and development, manufacturing, quality, human resources, finance and accounting, and information services”.
Sementara Daniel O’Leary mendefinisikannya sebagai beikut :
”ERP systems are computer based systems designed to process an organization’s transactions and facilitate integrated and real-time planning, production, and customer response. In particular ERP systPems will be assumed to have certain characteristics”.
Sebagai tambahan, pengertian integrasi menyangkut hal-hal sebagai berikut:• Penghubungan antar berbagai aliran proses bisnis.• Teknik komunikasi.• Sinkronisasi operasi bisnis.• Koordinasi operasi bisnis.
Karakteristik tertentu dari ERP yang dimaksud dalam definisi ERP oleh Daniel E. O’Leary di atas meliputi hal-hal sebagai berikut ini:
• Sistem ERP adalah suatu paket perangkat lunak yang didesain untuk lingkungan pelanggan pengguna server, apakah itu secara tradisional atau berbasis jaringan
• Sistem ERP memadukan sebagian besar dari proses bisnis
• Sistem ERP memproses sebagian besar dari transaksi perusahaan
• Sistem ERP menggunakan database perusahaan yang secara tipikal menyimpan setiap data sekali saja• Sistem ERP memungkinkan mengakses data secara waktu nyata (real time)
• Dalam beberapa hal sistem ERP memungkinkan perpaduan proses transaksi dan kegiatan perencanaan
• Sistem ERP menunjang sistem multi mata uang dan bahasa, yang sangat diperlukan oleh perusahaan multinasional
• Sistem ERP memungkinkan penyesuaian untuk kebutuhan khusus perusahaan tanpa melakukan pemrograman kembali.
Adapun beberapa keuntungan dari penggunaan sistem informasi terpadu dalam konsep ERP ini antara lain dapat disebutkan sebagai berikut:
• ERP menawarkan sistem terintegrasi di dalam perusahaan, sehingga proses dan pengambilan keputusan dapat dilakukan secara lebih efektif dan efisien.
• ERP juga memungkinkan melakukan integrasi secara global. Halangan yang tadinya berupa perbedaan valuta, perbedaan bahasa, dan perbedaan budaya, dapat dijembatani secara otomatis, sehingga data dapat diintegrasikan.
• ERP tidak hanya memadukan data dan orang, tetapi juga menghilangkan kebutuhan pemutakhiran dan pembetulan banyak sistem komputer yang terpisah.
• ERP memungkinkan manajemen mengelola operasi, tidak hanya sekedar memonitor saja. Dengan ERP, manajemen tidak hanya mampu untuk menjawab pertanyaan ’Bagaimana keadaan kita ?’ tetapi lebih-lebih mampu menjawab pertanyaan ’Apa yang kita kerjakan untuk menjadi lebih baik ?’
• ERP membantu melancarkan pelaksanaan manajemen supply chain dengan kemampuan memadukannya.
Keuntungan menggunakan sistem ERP sering kali sulit untuk mengukur secara kuantitatif, karena 1). kadang-kadang ERP meningkatkan pendapatan dan mengurangi biayam namun secara tidak kelihatan sehingga sulit untuk diukur, dan 2) kadang-kadang perubahan dan keuntungan terjadi dalam jangka waktu yang cukup lama.
Yang perlu diperhatikan adalah bahwa tidak selalu aktivitas “perampingan” proses tersebut berdampak pada pemutusan hubungan kerja. Karena, di beberapa perusahaan salah satu alasan untuk menerapkan konsep ERP adalah untuk melakukan empowerement terhadap manajemen dan karyawannya. Artinya, yang bersangkutan tidak perlu lagi membuang banyak waktu untuk melakukan proses-proses yang bersifat administratif (non value added activities), melainkan dapat lebih banyak meluangkan waktunya untuk memikirkan hal-hal yang bersifat strategis, seperti: bagaimana mengembangkan perusahaan, bagaimana mencari sumber-sumber pendapatan baru, bagaimana mencari pelanggan lebih banyak, bagaimana menjalin hubungan lebih baik dengan mitra bisnis, dan lain sebagainya.



HUBUNGAN BUSINESS INTELLEGENCE DENGAN ERP

Pada awalnya ERP dikembangkan untuk kepentingan internal perusahaan, dengan makin maraknya penggunaan internet, ERP juga bisa dimanfaatkan untuk kepentingan business partner dan client. Sistem ERP dewasa ini (perkembangannya setelah sekitar satu dekade) terus mengalami perbaikan. Peningkatan kemampuan integrasi dan interaksi antar sistem telah membuat ERP lebih serius dipertimbangkan untuk fungsi-fungsi internal control system maupun kolaborasi dengan external customer/supplier/partner. Lebih jauh, manajemen senior di banyak perusahaan mulai menggunakan struktur dan konsep integrasi di dalam ERP untuk mentransformasi organisasi mereka.
Dalam era bisnis modern, hubungan antar perusahaan menjadi semakin dipengaruhi oleh kemampuan untuk berinteraksi dalam jaringan supply-chain global. Ini tentunya membutuhkan sistem ERP yang mampu mendukung proses komunikasi dua-arah yang modern. Harga produk yang rendah dan kualitas tinggi (katanya) tidak lagi dianggap sebagai suatu diferensiator. Sebaliknya, kecepatan, akurasi, fleksibilitas, dan efisiensi makin menjadi dasar dari kompetisi di banyak industri.
Sebagian besar masyarakat bisnis masih meyakini teori Manajemen Strategik populer dari Begawan Michael Porter sebagai salah satu teori yang masih relevan saat ini. Porter yakin bahwa untuk mampu memenangkan persaingan, suatu perusahaan harus memiliki minimal satu dari 3 strategi generik: Menjadi Cost-leader, Melakukan diferensiasi, dan Fokus mengincar Ceruk-pasar tertentu (niche). Sebelum adanya TI, barangkali teori "pilih satu" ini masih dapat dianggap benar. Karena kenyataannya, kadang-kadang TI malah dapat membantu perusahaan melakukan ketiga-tiganya sekaligus. Dell.com dan Amazon.com misalnya, sembari memangkas proses bisnis menjadi sangat efisien, juga membuat biaya operasinya juga menjadi murah. Demikian pula diferensiasinya sangat menawan. Pelayanan belanja via Amazon sangatlah individualized, customer-oriented, sarat informasi berharga sebagai panduan membeli, lengkap informasinya, dan harganya lebih murah. Bagi sebagian perusahaan, TI merupakan diferensiasi penting, tapi perlu diingat pula bahwa diferensiasi amat terkait dengan keunikan. Dengan kata lain, apabila diferensiasi Anda dengan mudah ditiru pesaing Anda, maka hilanglah diferensiasi Anda tersebut karena menjadi tidak unik lagi. Contoh termudah adalah pemberian fasilitas e-mail yang tadinya menjadi killer-apps dan diferensiasi, tetapi karena mudah ditiru maka menjadi tidak unik lagi karena semua situs dotcom mulai menawarkan fasilitas e-mail gratis. Menurut Nick J. Carr dalam atikelnya yang berjudul *"IT Doesn't Matter"* di Harvard Business Review sempat menimbulkan polemik berkepanjangan. Tak urung banyak praktisi maupun pengamat TI seperti *John Hagel, Paul Strassman, Warren McFarlan *turut berdebat. Lewat tulisan ini, Nick berujar bahwa sebenarnya saat ini TI bukan lagi suatu diferensiasi yang memberi keunggulan kompetitif bagi perusahaan. Ia melihat TI telah menjadi komoditas dan bukan merupakan diferensiasi lagi. TI tak ubahnya adalah seperti perangkat infrastruktur lain seperti listrik ataupun rel kereta api. Lebih lanjut Nick juga menyarankan agar perusahaan lebih baik menjadi follower dan menghindari inovasi dengan memaksakan diri menjadi leader berinvestasi dengan TI. Belakangan ini, investasi TI kian dirasakan makin tinggi biayanya untuk aplikasi-aplikasiyang canggih, misalnya SCM, ERP, Business Intelligence, CRM, dst. Bagi sebagian perusahaan implementor, hasil yang diperoleh tak kunjung memuaskan. Dalam berbagai survei, angka 70% malah diterima sebagai kompromi atas kegagalan yang telah diterima bersama dalam berbagai proyek TI. Standish Group menyatakan hanya 10% perusahaan yang berhasil menerapkan ERP, 35% proyek dibatalkan dan 55% mengalami keterlambatan. Meta Group menyatakan 55% - 75% proyek CRM gagal. CRM Forum menyatakan lebih dari 50% proyek CRM di US serta lebih dari 85% di Eropa dianggap gagal. Walaupun demikian, survei dari Morgan Stanley terhadap 225 CIO di tahun 2002 menunjukkan bahwa 80% dari mereka tetap merencanakan proyek TI baru dan banyak yang memprioritaskan CRM. Harga aplikasi-aplikasi tersebut cukup tinggi karena bukan merupakan aplikasi komputer biasa, melainkan telah melibatkan dan menyelaraskan proses bisnis kompleks dari fungsi-fungsi bisnis holistik dalam perusahaan. Di sini peran TI bukan hanya untuk support dan otomatisasi saja, tetapi telah menjadi Business Enabler. Vendor dan konsultan aplikasi TI sendiri, terkadang dalam menjual aplikasinya seolah-olah merupakan solusi sempurna untuk semua masalah perusahaan. Padahal, kesuksesan aplikasi bersifat enabler justru sangatlah bergantung pula terhadap willingness dan peran serta perusahaan tersebut untuk berubah. Tak jarang aplikasi mahal tidak dapat digunakan karena pengguna tidak siap berubah.


Sementara itu, secara perhitungan finansial, dengan semakin tingginya investasi TI maka dengan sendirinya TI harus mampu menciptakan value yang tinggi setelah implementasi dalam waktu yang singkat, sesuai dengan prinsip ROI. Bila kini mulai banyak diperbincangkan hubungan antara besarnya investasi TI dengan value yang dihasilkannya, tentunya hal ini sangatlah masuk akal. Tekanan ekonomi global serta finansial perusahaan menyebabkan biaya belanja TI haruslah terkontrol secara efisien. Inovasi TI diharapkan bisa memastikan bahwa jasa dan infrastruktur masih mampu bertahan dan pulih jika sampai terjadi kegagalan akibat kesalahan sistem. "Ini untuk memastikan dampak bisnis paling minimum jika terjadi gangguan terhadap sistem TI," ungkap Andy. Untuk itulah perusahaan memiliki fungsi riset guna meninjau nilai efisiensi TI, lengkap beserta perbandingan hasil yang diperoleh dengan target yang ingin dicapai melalui penerapan TI.
Namun, efisiensi ini dirasa belum cukup. Perusahaan yang memfokuskan diri pada pemasaran dan layanan kepada konsumen ini memandang diperlukannya meningkatkan loyalitas pelanggan kepada produk Olympic. Untuk itu perseroan membangun database konsumen yang sangat berguna untuk merancang program loyalitas konsumen. Selain itu, untuk memaksimalkan pengelolaan sumber daya, perseroan juga mengintegrasikan seluruh proses bisnisnya lewat penerapan sistem Enterprise Resources Planning (ERP). Dengan terintegrasinya seluruh sumber daya ini secara online, termasuk sistem informasinya, perseroan mampu menciptakan sinergi secara utuh.
Aplikasi sistem TI ini ternyata berhasil memberikan manfaat positif bagi bisnis perusahaan. Berkat integrasi ini, tim pemasaran Olympic kini dapat melihat informasi hasil penjualan dan data pelanggan secara online. Dari data ini mereka bisa melihat tren pasar yang tengah dan bakal terjadi, serta melakukan sejumlah antisipasi.
Ke depan, investasi sistem TI ini diharapkan bisa membuat perencanaan perusahaan menjadi lebih terarah serta pengambilan keputusan yang lebih tepat dan cepat. Sistem informasi yang terpadu akan memudahkan manajemen membuat perencanaan penjualan dan distribusi produk menjadi lebih tepat sasaran, meningkatkan profit, serta menekan inventori. Hal ini sesuai target perusahaan yang pada 2008 akan mengembangkan infrastruktur bisnis dan kanal distribusi lainnya.
Namun, hal itu bukan berarti tidak adanya kasus pemutusan hubungan kerja. Karena banyak sekali kasus penerapan ERP yang bersamaan dengan penerapan konsep manajemen perubahan (change management), semacam Business Process Reengineering (perubahan secara radikal untuk meningkatkan perbaikan kinerja usaha secara dramatis), yang salah satu konsekuensinya adalah perampingan jumlah karyawan.
Bisnis intelijen memegang peranan penting dalam menentukan kebijakan ataupun langkah strategis sebuah perusahan. Dalam rangka "survive" atau "penguasaan" pasar atau peningkatan laba, sering pula digambarkan bahwa teknik intelijen yang digunakan adalah "pencurian" informasi dari perusahaan pesaing. Cerita-cerita tentang bagaimana pentingnya operasi intelijen dari sebuah perusahaan yang berupaya membangkrutkan perusahaan saingannya dan kemudian mengakuisisinya sebenarnya agak jauh dari kenyataan. Dengan pengecualian "permainan" dalam dunia usaha energi (minyak bumi, gas alam, nuklir), teknologi informasi, bisnis peralatan militer, jasa keamanan, serta media massa, maka dunia bisnis lainnya cenderung untuk tidak melakukan operasi intelijen berupa operasi rahasia.
Apa yang dilakukan pada umumnya perusahaan-perusahaan besar di dunia adalah proses seleksi, koleksi, interpretasi, dan distribusi informasi terbuka yang bisa diakses publik namun memiliki nilai penting bagi perusahaan. Usaha-usaha tersebut bisa disingkat dengan istilah Competitive Intelligence -- CI. (lihat Richard Coombs, Competitive intelligence handbook. University Press of America, Bab I). Lebih jauh Richard Coombs memberikan contoh definisi lain bagi CI sbb: kutipan buku ini bisa dilihat sedikit pada combsinc.com.
Intelijen Bisnis adalah sebuah alternatif terminologi bagi Competitive Intelligence. Definisinya adalah kegiatan-kegiatan monitoring lingkungan eksternal sebuah perusahaan untuk mendapatkan informasi yang relevan bagi proses pembuatan kebijakan perusahaan tersebut.
Istilah lain CI adalah Competitor intelligence, yaitu proses analisa yang mentransformasikan keseluruhan competitor intelligence yang utuh menjadi pengetahuan strategis tentang kompetitor, posisi, performance, kapabilitas, dan niat/tujuan. Pengetahuan strategis tersebut harus relevan, akurat, dan bisa digunakan.
Competitive intelligence adalah sebuah cara berpikir (way of thinking).
CI menggunakan sumber-sumber informasi publik untuk mengetahui lokasi dan membangun informasi tentang persaingan dan pesaing-pesaing yang ada.
Competitor intelligence adalah informasi yang sangat spesifik dan tepat waktu tentang sebuah perusahaan.
Tujuan dari CI adalah bukan mencuri rahasia perusahaan kompetitor, rahasia pasar kompetitor ataupun properti rahasia lainnya. CI adalah sebuah teknik pengumpulan informasi secara sistematis, secara terbuka (legal) dalam jangkauan informasi yang begitu luas, yang ketika telah terseleksi dan disatupadukan serta dianalisa akan menyediakan sebuah pemahaman yang utuh tentang struktur perusahaan pesaing, budaya perusahaan, kebiasaan, kemampuan/kelebihan dan kelemahannya.

Berangkat dari definisi-definisi tersebut di atas, maka cukup jelas bahwa seorang analis dalam dunia Competitive Intelligence bisa jadi memiliki pengetahuan dan kemampuan yang relatif sama dengan Intelijen Analis (INTAN) dalam dunia intelijen sesungguhnya. Perbedaannya hanya terletak dalam sasaran, bahan keterangan, atau dengan kata lain isinya (content). Sebaliknya seorang INTAN yang telah lama berkecimpung dalam analisa intelijen, akan dengan mudah mengadaptasikan dirinya dalam dunia pekerjaan Competitive Intelligence. Sebenarnya memang demikianlah faktanya di dunia ekonomi liberal. Banyak mantan anggota intelijen dari lembaga bergengsi seperti yang terjun di dunia Competitive Intelligence. Minimal menjadi penasihat atau pengarah unit khusus dalam perusahaan yang biasanya berada di divisi riset dan pengembangan.
Competitive Intelligence adalah alternatif yang sangat menarik bagi kalangan intelijen aktif untuk mengaplikasikan pengetahuan di masa pensiun. Selain bisnis keamanan yang juga sering merekrut mantan-mantan anggota intelijen, maka dunia bisnis intelijen pun tidak ketinggalan.
Dalam prakteknya, tidaklah mudah membangun sebuah unit riset dan pengembangan dalam sebuah perusahaan untuk cepat tanggap dalam merespon kebutuhan perusahaan. Seringkali perusahaan kurang memperhatikan pemanfaatan unit riset dan pengembangan untuk hal-hal yang lebih strategis. Kebanyakan riset dan pengembangan hanya mengarah pada peningkatan mutu produksi, peningkatan kualitas SDM, dan kalkulasi pasar serta keuntungan yang mungkin diperoleh dalam satu periode. Dengan sedikit pengecualian riset dari kalangan marketing, maka kebanyakan riset yang dilakukan perusahaan kurang memperhatikan aspek taktis maupun strategis yang berpotensi membesarkan sebuah perusahaan.
Kita tentunya tidak bisa selalu berasumsi positif bahwa semua pemain ekonomi akan berlaku jujur dan patuh pada persaingan bebas yang sehat. Hal ini bis dibandingkan dengan dunia intelijen pemerintah yang tidak pernah bisa percaya 100% pada negara asing, maka dalam dunia bisnis-pun tidak ada bedanya. Bila dilihat dari sistem kerja maupun tujuannya untuk memberikan pertimbangan yang sangat penting bagi perusahaan, maka nyaris tidak ada bedanya dengan intelijen pemerintah. Perbedaan yang mendasar adalah bahwa CI harus tetap bekerja sesuai koridor hukum karena resiko yang ditanggung terlalu besar bila melangkah di luar hukum. Meski demikian, sudah menjadi hal wajar bila dalam kenyataan, pekerjaan CI sangat mirip dengan pekerjaan intelijen pemerintah.
Bisnis informasi memang bisnis yang sangat menarik, sehingga tidak mengherankan bila mereka yang terjun dalam dunia ini begitu bervariasi. Mulai dari petugas perpustakaan publik, legal atau corporate dan and analis pusat informasi sampai ke manajer personil, spesialis dalam data finansial, mereka yang berkecimpung dalam business-development, dan perencana strategis, sampai ke mantan anggota intelijen, pensiunan intelijen militer, pakar informasi dan kalangan akademisi.

Berikut ini beberapa contoh penerapan Business Intelligence dengan ERP ;
Pada 2004 PT Bentoel Prima mengintegrasikan proses bisnisnya end to end dengan menerapkan aplikasi Enterprise Resources Planning (ERP). “Kami satu-satunya perusahaan rokok di Indonesia yang sukses menerapkan sistem ERP end to end,” ujar Nicolaas B. Tirtadinata, presdir Bentoel.
Setahun berikutnya, Bentoel menerapkan aplikasi Business Intelligence untuk memasok informasi kunci bagi para eksekutifnya. Masih di tahun yang sama, mereka membekali 1.000-an tenaga penjualnya dengan personal digital assistant (PDA) untuk membantu proses pengiriman data penjualan per hari. Data ini selanjutnya diolah ke dalam sistem ERP perusahaan.
Perangkat PDA ini bukan bertujuan agar para sales force Bentoel terlihat keren. Bukan. Mereka dibekali PDA agar bisa mengirim hasil penjualannya setiap saat. Data ini mempermudah eksekutif Bentoel memantau dinamika penjualan per hari. Bila perlu, mereka bisa menelusuri lebih mendetail lagi. Misalnya, penyebaran produk, penjualan per wilayah, dan waktu, hingga produktivitas para sales force per hari. “Setiap hari, sekitar pukul 19.00 kami sudah tahu hasil penjualan secara nasional,” ungkap Paul Ong, CIO Bentoel.
Penggunaan PDA sekaligus meningkatkan produktivitas tenaga penjual rata-rata satu jam per hari. Dengan 1.000 tenaga penjual, setiap bulan Bentoel berhasil mendapatkan tambahan produktivitas kerja 25.000 jam, atau setara dengan 125 tenaga penjual!
Manfaat TI lainnya adalah membantu menciptakan inovasi bisnis. Contohnya, menciptakan cara baru berinteraksi dengan pelanggan. Penggunaan PDA membantu perusahaan merespons kebutuhan pelanggan lebih cepat. Selain itu, menciptakan keunggulan kompetitif lewat proses bisnis yang menjadi lebih cepat dan efisien.
Bentoel memang memiliki roadmap pengembangan TI terpadu yang dievaluasi setahun sekali. Strategi TI-nya memiliki sejumlah tujuan, seperti menciptakan otomatisasi dan integrasi dari enterprise value chain, meningkatkan dan memelihara proses bisnis, serta menurunkan biaya proses. Likuiditas informasi ini pada akhirnya membantu para eksekutifnya membangun strategi bisnis lebih efektif. Mereka bisa cepat mengantisipasi terjadinya perubahan pasar.
Strategi TI Bentoel ini berfungsi mendukung strategi bisnisnya. Ketersediaan informasi yang mendetail dan aktual membantu manajemen mempertajam strategi penjualan dan pemasaran secara efektif. Hasilnya tak mengecewakan. Tahun lalu, contohnya, volume penjualan Bentoel mencapai 10,4 miliar batang, atau melonjak 56% dibanding 2005. Lonjakan ini mengakibatkan omzet Bentoel nyaris mencapai Rp3 triliun, naik 38% dibanding 2005. Padahal, sepanjang tahun lalu industri rokok justru mengalami kontraksi dengan volume penjualan anjlok 1,3%.
PT Wyeth Indonesia memanfaatkan sejumlah aplikasi TI guna menunjang strategi penjualan dan promosi. Untuk itu, mereka mesti memahami seluk-beluk pasarnya secara mendetail. Mereka memerlukan informasi tentang tren produk, pergeseran keinginan pasar, pangsa pasar, hingga penetrasi dan distribusi produk.
Wyeth bergerak di bidang farmasi, nutrisi, dan perawatan kesehatan tingkat dunia. Produknya dipasarkan di 100-an negara. Bisnis nutrisi merupakan salah satu divisi terbesar di perusahaan tersebut. Di Indonesia, Wyeth lebih terkenal sebagai produsen susu formula kelas menengah ke atas. Di segmen ini Wyeth menguasai 20%–23% pangsa pasar. Bisnis farmasi baru mereka garap Januari 2005. Jadi, sumber pendapatan Wyeth terbesar masih dari penjualan susu formula.
Wyeth setahun terakhir agresif memperbaiki mutu manajemen informasinya. Sejumlah sistem aplikasi mereka terapkan. Sistem aplikasi pemasaran, misalnya, diterapkan sejak 2005, dan dua tahun terakhir Wyeth menerapkan aplikasi Business Intelligence, Electronic Purchase Request, dan Customer Relationship Management (CRM). Selain itu, perseroan berhasil mengintegrasikan seluruh manajemen operasionalnya dengan sistem Enterprise Resources Planning (ERP) dari JD Edward.
Investasi TI Wyeth rupanya berhasil memperbaiki kualitas pelayanan. Respons terhadap kebutuhan pelanggan menjadi lebih cepat. Respons bagi konsumen, targetnya, tak lebih dari satu hari. Respons terhadap kebutuhan pemasok harus seketika. Dalam model bisnis terintegrasi, pelanggan bisa dari internal, seperti divisi atau bagian lain. Adanya database terpusat dan sistem manajemen informasi terpadu membantu terciptanya sinergi antardivisi.
Para eksekutif Wyeth memang menyadari pentingnya perencanaan TI. Mereka punya rencana pengembangan infrastruktur TI yang terdokumentasi dan dikomunikasikan ke semua bagian perusahaan. Semua kebijakan, prosedur, dan standar TI-nya relatif baku. Hebatnya, perusahaan farmasi ini memiliki riset untuk meninjau perkembangan TI.
Untuk meningkatkan kinerja keuangan, mereka memastikan TI memberikan jasa yang hemat biaya dan berkualitas. TI sekaligus memberi kemampuan bagi perusahaan untuk menghadapi perubahan pasar dan memperbaiki proses bisnisnya. Penggunaan TI membantu Wyeth menurunkan biaya proses, optimalisasi infrastruktur, dan sumber daya.
Manfaat TI lainnya adalah untuk menunjang inovasi. Misalnya, TI digunakan untuk membuat marketing information system. Perseroan juga mengaku berhasil menciptakan sejumlah inovasi dari penguasaan informasi. “Misalnya, menciptakan produk, jasa, dan mengembangkan cara pemasaran baru,” kata Arief Ihsan, manajer TI Wyeth. Jadi, benar, informasi mendatangkan inspirasi.

TI untuk Naikkan Produksi
Produsen nikel terbesar di Indonesia memanfaatkan TI untuk meningkatkan produksi dan memperlancar proses bisnis. Ini akan berujung pada peningkatan pendapatan.
Banyak manfaat yang diperoleh PT International Nickel Company Tbk. (Inco) setelah menerapkan solusi yang berbasis teknologi informasi sejak 1991. Irmanto, manajer TI Inco, memaparkan TI memegang peranan penting dalam menciptakan computing environment yang terpercaya serta integrated leadership. Irmanto percaya, sejak awal penerapannya, dua hal ini akan mendatangkan nilai tambah bagi bisnis perusahaan secara berkesinambungan.
Kini, Inco tengah memfokuskan penerapan TI-nya untuk meningkatkan produksi. Selain itu, TI juga diharapkan mampu memperlancar proses bisnis, sehingga pengambilan keputusan bisa lebih lancar, cepat, dan tepat. Guna memastikan aplikasi TI sesuai dengan kebutuhan perusahaan, Inco membentuk IT steering committee. Komite inilah yang akan bertemu setiap enam bulan sekali untuk merancang arah dan perkembangan operasional dan investasi di bidang TI. “Mereka mengambil peran dalam siklus direction, planning, acquisition, delivery and support, dan monitoring yang ada di TI,” ungkap Irmanto.
Agar TI berperan optimal, perusahaan beraset Rp16,5 triliun (per September 2006) dan memiliki 3.410 karyawan ini mengalokasikan 2% dari total anggarannya untuk aplikasi TI. Bujet itu, di antaranya, digunakan untuk penerapan aplikasi Business Intelligence. “Aplikasi ini penting untuk menunjang proses pengambilan keputusan dan sebagai agen pengubah proses bisnis guna mendatangkan keunggulan kompetitif bagi perseroan,” terang Irmanto. Lewat aplikasi itu pula perusahaan penghasil nikel setengah jadi ini berharap dapat merespons perubahan bisnis, yang nantinya disesuaikan dengan strategi perseroan.
Aplikasi TI juga menawarkan cara-cara baru berkomunikasi bagi internal perusahaan, seperti penerapan executive support pada level manajemen puncak. “TI kami gunakan untuk memberikan layanan informasi pada top level management,” ungkap Irmanto. Di sisi lain, TI juga membantu kelancaran komunikasi antardepartemen di Inco. Berkat peran TI, komunikasi internal menjadi lebih lancar dan hemat biaya. Ini jelas meningkatkan keuntungan perusahaan.
Kini, segenap lini di Inco menjadi amat tergantung pada TI. Beberapa divisi yang mengaku memperoleh keuntungan terbesar berkat dukungan TI adalah logistik dan distribusi, administrasi dan keuangan, serta SDM. Ketergantungan tersebut membuat Inco perlu mengembangkan sistem yang dapat memastikan jasa dan infrastruktur TI-nya mampu bertahan dan pulih jika terjadi kegagalan akibat kesalahan, serangan, dan bencana. Jika ini berhasil diamankan, Irmanto yakin, pada gilirannya, aplikasi TI ini juga akan menguntungkan pelanggan Inco.

TI untuk Kepuasan Pelanggan
Citibank memanfaatkan TI untuk meningkatkan kualitas layanan dan menjaring nasabah baru. Selain itu, TI juga mereka gunakan dalam inovasi produk.
Bagi Citibank, kepercayaan nasabah merupakan aset paling berharga. Maka, untuk memelihara kepercayaan tersebut, Citibank tak henti-hentinya berupaya meningkatkan kualitas pelayanan. Selain itu, peningkatan kualitas layanan juga menjadi cara ampuh bagi Citibank untuk menjaring nasabah-nasabah baru. Bagaimana cara Citibank meningkatkan kualitas layanannya?
Mereka mengedepankan inovasi berbasis teknologi informasi. Di Citibank, aplikasi TI telah mereka lakukan sejak 1982, berupa sistem TI untuk core banking. Direktur Teknologi dan Perbankan Korporasi Citibank, Umang Moondra, memaparkan, “Salah satu bentuk penerapan TI di Citibank adalah online credit card application,” ungkap Umang. Aplikasi berbasis internet, yang pertama diterapkan di Indonesia, ini memungkinkan calon nasabah mengajukan permohonan kartu kredit hanya dengan mengunjungi website Citibank dan mengisi formulirnya di sana. Persetujuan diperoleh dalam waktu 60 menit. Citibank juga menerapkan aplikasi pembayaran online real time. Melalui aplikasi ini, nasabah dapat membayar tagihan kartu kredit dari 11.000-an ATM yang menjadi mitra mereka. Ke depan, Citibank akan mengembangkan teknologi original character recognition, yang bisa mengenali tulisan tangan nasabah pada formulir penyetoran.
TI juga memungkinkan Citibank mengembangkan produk/jasa baru. Salah satu produk berbasis TI yang dikembangkan Citibank adalah Citibank One Bill. Lewat produk ini, pemegang kartu kredit Citibank bisa membayar tagihan telepon, listrik, dan PDAM melalui Citibank. Lalu, produk paling anyar adalah kemitraan Citibank dengan PT Pos Indonesia untuk memasarkan Personal Loan Citifinancial, yang memungkinkan masyarakat mengajukan dan menerima pinjaman di kantor pos. Berkat peran TI, calon konsumen dapat mengetahui permohonan kreditnya ditolak atau disetujui hanya dalam waktu tiga menit.
Selain itu, TI juga digunakan Citibank untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas operasi lewat penerapan e-Workplace yang berbasis web. e-Workplace ini memiliki banyak aplikasi, seperti Resource Reservation, yang memungkinkan karyawan memesan mobil, ruang rapat, proyektor, atau apa saja melalui intranet. Selain itu, untuk memuat segala sesuatu yang terkait dengan karyawan, mulai dari biodata, riwayat pekerjaan, job desk, hingga riwayat pelatihan, Citibank memiliki Employee Portal.
Bagi Citibank, tutur Umang, pemanfaatan TI bukan lagi pilihan, melainkan keharusan. Selain itu, TI dan bisnis merupakan mitra yang interdependen dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Manfaat TI sudah dibuktikan Citibank dalam tiga tahun terakhir ini. Pertumbuhan rata-rata nasabah via online mencapai 35% per tahun, lalu pertumbuhan transaksinya juga rata-rata mencapai 30%.


















KESIMPULAN

Saat ini dunia bisnis sangat dinamis, persaingan dan memperoleh keuntungan sebuah organisasi adlh lebih dari sekedar tekun dengan investasi yang kompeten sampai dengan proes dan alur kerja yang berpengaruh kepada teknologi dan produktivitas. Sebuah perubahan komuniti bisnis dan tantangan globalisasi dari struktur tradisional bisnis dan komunikasi yang penting. Yang paling utama adalah :
Ø Mengurangi biaya-biaya operasi dan meningkatkan efektivitas dan produktivitas para karyawan di saat yang sama
Ø Melengkapi aktivitas, pertemuan dan desentraliasi pekerjaan seseoang dengan perlengkapan, aplikasi-aplikasi, sumber daya jaringan dan pengertian komunikasi, sehingga dapat bekerja dalam kesatuan tim
Ø Proses pengambilan keputusan yangcepat dan periode pemasaran produkdengan memperoleh akses kepadawaktu dan data yang akurat, yang manamemperbolehkan kolaborasi dan kerjasama yang intensif;
Ø Pembangunan sebuah infrastruktur yang menyediakan bagi karyawan sumber daya TI yang mereka butuhkandalam rangka interaksi dengan parakolega, rekanan dan para pelanggan sampai ke luar daerah;
Ø Memberikan fasilitas kesempatan bisnis baru dan promosi berupa keuntungan yang bersaing serta dengan cepat merespon secara lebih efektif untuk permintaan pelanggan;
Ø Mengembangkan standarisasi dimana memperkenankan perusahaan untuk mengkombinasi bisnis proses mereka dengan teknologi dan pelayanan;
Ø Menyediakan sebuah bentuk informas iyang standar yang membawa sampai kepada perhitungan bisnis dankeperluan pekerjaan dari departemen atau divisi yang berbeda di bawah organisasi;
Ø Membuat takaran manfaat-manfaat bisnis dari investasi biaya TI
Untuk menyesuaikan kepada perubahan yang lebih kompleks dan lingkungan bisnis yang dinamis dan meningkatkan ketegangan dari kompetisi, perusahaan mencari sumber daya dan teknologi untuk mendukung secara berkesinambungan kemajuan dari proses bisnis di mana perubahan peningkatan produktivitas sementara itu juga menekan biaya.
Banyakperusahaan mempunyai investasi dalamotomatisasi sistim sebagai contoh Enterprise Resource Planning (ERP)dan mendapatkan hasil yang baik.
Pertama-tama, hal itu adalah sebuah pergerakan kepada integrasi dan pekerjaan lebih,mengoptimalkan dan melancarkan sebuah perusahaan dengan bermacam-macam bisnis proses dan komunikasi departemen dalam satu bentuk tertentu, itu juga sebuah strategi perpindahansebagai sistim ERP yang menyentuhsemua aspek yang sebenarnya dari kerjasama dalam sebuah keanekaragaman arah dan bentuk yangkhusus dari sebuah paradigmaperubahan dalam proses bisnis perusahaan.
Kekuatan ERP adalah untuk memastikan semua rincian tugas dikerjakan tepat waktu, aktifitas terkoordinasi secara urut, dan semua informasi tersimpan di lokasi yang terpusat dan aman. Di masa lalu, kebanyakan aktifitas bisnis dilakukan secara manual dan disimpan dalam bentuk file di PC hanya untuk referensi belaka. Sekarang, hampir semua proses diotomatisasi atau dibantu oleh komputer serta dicatat di satu sistem dan di-share untuk dipakai pula oleh orang lain. Tugas-tugas seperti pemrosesan sales order, penerimaan material dari vendor, atau penempatan pegawai baru, melibatkan banyak catatan dan banyak bagian dari organisasi. Semua harus dilakukan secara cepat, efisien, dan mematuhi regulasi internal/eksternal.
TI sebagai tools untuk mengembangkan knowledge development dan knowledge management system. Semuanya diharapkan mendukung kinerja bisnis. Maka dari itu setiap perusahaan seharusnya senantiasa menyelaraskan penerapan TI dengan tujuan bisnis, yakni meningkatkan pendapatan.
Dengan penerapan TI, dapat menyederhanakan proses bisnis, melakukan otomatisasi proses, dan memberikan laporan yang akurat dan tepat mempunyai pengaruh strategis terhadap kinerja bisnis.” Pada akhirnya, proses ini akan menciptakan efisiensi biaya dan meningkatkan produktivitas.














REFEENSI

Þ http://insidewinme.blogspot.com/2008/02/kasus-kegagalan-implementasi-erp.htmlhttp:/insidewinme.blogspot.com/2008/02/kasus-kegagalan-implementasi-erp.html
Þ http://www.wartaekonomi.com/ecompany/profil.asp
Þ http://www.ebizzasia.com/0215-2004/q&a,0215.html
Þ http://www.wartaekonomi.com/ecompany/profil.asp
Þ http://www.dataon.com/library/files/ERP-WP_ID.pdf
Þ http://dotnet.netindonesia.net/?0::24637
Þ http://www.sp18.com/page/295
Þ http://youngplato.blog.dada.net/atom.xml
Þ http://www.ali.web.id/index2.php?option=content&task=view&id=238&pop=1&page=0
Þ http://www.sap.com/
Þ http://diaswibowo.blogspot.com/2008/01/implementasi-it-dalam-perusahaan.html
Þ http://www.setiabudi.name/archives/389
Þ http://www.hotelonline.com/News/PR2003_1st/Mar03_CRMHaley.html
Þ http://www.plasmedia.com/
Þ http://rsteve.sitompul.net/index.php?/archives/211-Modul-Enterprise-Resource-Planning-ERP.html#extended
Þ http://www.oracle.com/
Þ http://www.peoplesoft.com/
Þ http://www.mysap.com/
Þ http://www.combsinc.com/
Þ http://www.indocommit.com/
Þ http://techno.okezone.com/
Þ http://www.dataon.com/
Þ http://www.detikinet.com/
Þ http://www.bizsolutionit.com/
Þ http://fauzirachmanto.blogspot.com/2007_09_01_archive.html
Þ http://nustaffsite.gunadarma.ac.id/blog/amutiara/2007/04/01/erp-openbravo/.
Þ http://binuscorner.blogspot.com/2007/08/sap-sebagai-erp-enterprise-resources.html
Þ
http://yudadh.wordpress.com/2006/12/25/penerapan-teknologi-erp-enterprise-resource-planning/html
Þ http://jurnalnasional.com/?med=koranharian&sec=PROFIT&rbrk=&id+15056.html
Þ http://surahyo.blogspot.com/2007/07/enterprise-information-system-eis.html
Þ http://en.wikipedia.org/wiki/Operating_Model.
Þ http://www.cbn.net.id/
Þ http://rsteve.sitompul.net/index.php?/authors/1-Richard-Sitompul


Tidak ada komentar: