Selasa, 15 April 2008

MODEL ERP

I. PENDAHULUAN
Istilah ERP atau Enterprise Resource Planning sudah sangat dikenal di seluruh dunia. ERP adalah sebuah sistem yang memiliki berbagai keuntungan dan kemudahan dalam penggunaannya. Namun di sisi lain ternyata ERP itu sendiri menghasilkan kendala yang harus dihadapi oleh perusahaan yang memakainya. ERP adalah suatu sistem yang disiapkan untuk perusahaan yang membutuhkan sistem yang luar biasa. Semakin besar suatu perusahaan maka semakin kompleks pula permasalahan yang dihadapinya, khususnya permasalahan bisnis. Maka dari itu diperlukan informasi yang sangat banyak untuk menyelesaikan persoalan tersebut, baik informasi yang bersifat internal maupun eksternal perusahaan. Sebagai konsekuensi dari semua ini adalah dibutuhkannya suatu sistem yang mampu menjembatani antara kompleksitas bisnis dan teknologi informasi sebagi sarana penyedia informasi yang diperlukan oleh perusahaan (Utomo, 2007).
Perkembangan dunia bisnis yang semakin ketat mendorong banyak perusahaan untuk mengadopsi sistem ERP. Sejumlah penelitian membahas tentang adopsi dan implementasi ERP tetapi penelitian lebih lanjut mengenai sukses ERP perlu dilakukan seiring berkembangnya sistem informasi itu sendiri pada sepuluh tahun terakhir. Model sukses ERP mengetengahkan faktor-faktor yang penting dalam mencapai sukses implementasinya namun penelitian empiris mengenai faktor kualitas pelayanan sebagai faktor penting dalam model sukses ERP perlu dilakukan. Pentingnya faktor kualitas pelayanan muncul sejak tahun 1980 ketika perkembangan sistem informasi meliputi perkembangan provider pelayanan disamping provider sistem yang tidak dapat dipisahkan. Biaya implementasi ERP meliputi biaya sistem dan biaya pelayanan. Kualitas pelayanan memiliki karakteristik unik yang berdampak pada suksesnya implementasi sistem informasi. Pada penelitian ini, survey exploratory dan survey confirmatory menguji dimensi kualitas pelayanan sebagai dimensi tambahan disamping dimensi utama model sukses ERP yang meliputi kualitas sistem, kualitas informasi, dampak individual, dampak individu dan dampak organisasi (Sumarna, 2006).
Perkembangan ERP yang luar biasa dapat dilihat dari pertumbuhan pasar ERP yang luar biasa. Di tahun 1993 sebagai awal munculnya teknologi client server, 5 vendor penyedia ERP yaitu Oracle, SAP, D&B software, IMRS, dan Computron membukukan penghasilan sebesar 319 juta dollar. Lima tahun kemudian, di tahun 1998, 5 vendor yang sama memperoleh pendapatan sebesar 17.2 milyar dollar, dan kenaikan yang signifikan di tahun-tahun berikutnya. Selain itu ERP mampu mempengaruhi fungsi sistem informasi. Awalnya personal yang berkecimpung di bidang sistem informasi mempunyai tugas utama untuk perancangan, pengembangan, dan implementasi software. ERP sendiri dirancang dan dikembangkan oleh pihak luar perusahaan (outsourcing) (Kembaren, 2007).

Walaupun mempunyai fungsi dan lokasi yang berbeda, tetapi dengan adanya standarisasi proses dan data yang dihasilkan akan mengurangi konflik yang terjadi di dalam organisasi perusahaan, terlebih untuk yang berkaitan dengan pihak eksternal organisasi, misalnya proses pengadaan dengan supplier dan penjualan kepada customer. Dengan adanya standar dan data yang sama akan meningkatkan komunikasi dan kerjasama (Binus Corner, 2007).
Dengan mengintegrasikan semua proses menjadi sistem yang tunggal, semua informasi akan disimpan dalam format yang sama dalam database yang sama, sehingga semua akan mengakses data yang sama. Standar dan data tunggal ini akan mengurangi informasi yang asimetris. Implikasi yang terjadi adalah peningkatan kontrol terhadap pekerjaan. Bila suatu pekerjaan belum dikerjakan, maka pekerjaan yang lain tidak akan bisa dikerjakan karena menggunakan data yang sama. Implikasi yang lainnya adalah semakin meningkatkan akses informasi bagi siapa saja yang membutuhkan, terutama untuk proses pengambilan keputusan, baik pada level atas, menengah maupun bawah (Utomo, 2007).
Pada sistem informasi tradisional, banyak informasi yang harus dicetak dalam hardcopy untuk dikomunikasikan pada fungsi dan sub organisasi perusahaan yang berada pada lokasi yang lain. Selanjutnya di fungsi dan lokasi yang berbeda, informasi tersebut perlu untuk diinput ulang. Hal ini selain disebabkan oleh lokasi yang berbeda, juga karena sistem yang berbeda. ERP juga memberikan fasilitas untuk komunikasi dan kerjasama baik di dalam organisasi maupun dengan organisasi di luar perusahaan.


















II. I S I

Betapa banyak perusahaan yang gagal bersaing dan jatuh, jalan tapi tertatih-tatih, tapi ada juga yang maju dan berkembang. Dan sepertinya semua perusahaan itu punya strategi untuk tumbuh. Namun mengapa hasilnya bisa berbeda? Apa yang membedakannya?
CISR MIT melakukan survey terhadap 103 perusahaan di Amerika Serikat tentang IT mereka dan bisnis proses mereka yang telah didukung oleh IT. 34% dari perusahaan itu telah melakukan digitalisasi bisnis proses mereka, dan mereka mendapatkan rata-rata keuntungan yang lebih besar dan time to market yang lebih cepat. 12% dari 103 perusahaan itu masih melakukan projek IT secara terkotak-kotak dan belum mengintegrasikan tujuan investasi teknologi mereka dengan tujuan bisnis. Sisanya yang 48% masih belum menemukan cara untuk meningkatkan nilai bisnisnya dengan menggunakan IT. Mereka yang 34% di atas dapat tumbuh dan berkembang lebih baik karena mereka memiliki landasan yang cukup untuk menjalankan strategi perusahaannya.
Untuk membangun landasan tersebut, diperlukan tiga disiplin pokok, yaitu Operating Model, Arsitektur Enterprise, dan IT Engagement Model. Operating Model menggambarkan bagaimana sebuah organisasi beroperasi, baik pada domain bisnis maupun domain teknologi, dan didefinisikan sebagai satu level keterintegrasian dan kestandaran proses bisnis yang dibutuhkan dalam menyajikan produk barang dan jasa kepada pelanggan. Arsitektur Enterprise adalah pengorganisasian logis untuk proses bisnis dan infrastruktur TI terkait dengan kebutuhan integrasi dan standarisasi dari sebuah Operating Model perusahaan. IT Engagement Model adalah system dan mekanisme pengelolaan IT yang menjamin bisnis dan proyek IT mencapai tujuan perusahaan baik yang bersifat lokal maupun yang bersifat menyeluruh.
Tulisan ini bermaksud untuk mengulas bagaimana pendekatan Arsitektur Enterprise dapat membantu pendefinisan Operating Model di sebuah perusahaan sehingga dapat tercapai satu landasan pelaksanaan strategi perusahaan yang kokok yang pada akhirnya akan membawa perusahaan kepada tujuan bisnisnya. Tulisan ini juga menyajikan studi kasus pendekatan ini pada PT Kereta Api Indonesia (CIO ITB, 2008).

A. Operating Model
Operating model adalah pada intinya menggambarkan bagaimana sebuah organisasi beroperasi baik pada domain bisnis maupun domain teknologi. Sebuah Operating Model menggambarkan bagaimana sebuah perusahaan berkeinginan untuk tumbuh dan berkembang. Operating Model ini dapat mendorong terbentuknya landasan pelaksanaan strategi perusahaan yang lebih baik dengan cara menyajikan pandangan yang lebih stabil dan dapat dilaksanakan (actionable) tentang perusahaan.
Pemilihan Operating Model adalah satu keputusan kritis untuk sebuah perusahaan. Ini adalah langkah awal dalam membangun landasan pelaksanaan strategi perusahaan. Operating Model memungkinkan implementasi yang segera dari beragam inisiatif strategis. Namun, operating model yang sama mungkin akan gagal untuk mendukung sebuah inisiatif strategis yang tidak sesuai dengan asumsi di mana operating model tersebut dibangun. Dengan demikian, operating model adalah satu pilihan tentang strategi mana saja yang dapat didukungnya.























Gambar 1. Bagan Operating Model

Pemilihan ini akan berdampak pada bagaimana perusahaan akan mengimplementasikan proses bisnis dan IT infrastrukturnya. Perusahaan yang tidak memiliki operating model yang jelas memiliki kemampuan adaptasi yang rendah terhadap kebutuhan strategis baru. Sebaliknya, setiap inisiatif strategis baru membutuhkan satu upaya efektif untuk perusahaan dalam mendefinisikan kembali kemampuan kuncinya.
Operating Model memiliki dua dimensi yaitu standarisasi binsis proses dan integrasi bisnis proses. Standarisasi menggambarkan secara tepat bagaimana sebuah proses akan dilaksanakan menyangkut siapa yang melaksanakannya atau di mana proses tersebut dikejakan. Standarisasi – yang berarti pengurangan variabilitas proses – akan berakibat kepada peningkatan keluaran dan efisiensi. Walaupun demikian, standarisasi membatasi adanya inovasi. Sementara itu, integrasi berkaitan dengan upaya menghubungkan unit-unit organisasi melalui data bersama (shared data). Berbagi data ini dapat dilakukan baik untuk proses yang melakukan transaksi dari ujung ke ujung maupun lintas proses yang memungkinkan perusahaan menyajikan satu antarmuka saja ke pelanggan. Keuntungan adanya integrasi ini meliputi efisiensi, koordinasi, transparansi, dan kelenturan terhadap perubahan.
Berdasarkan 2 dimensi di atas, selanjutnya Operating Model dibagi ke dalam 4 model dasar, yaitu:
1. Diversifikasi
2. Koordinasi
3. Replikasi
4. Unifikasi

Ada pun karakteristik masing-masing model adalah sebagai berikut:
1. Diversifikasi Standarisasi rendah dan integrasi rendah
1. Hanya sedikit saja pelanggan atau suplier yang dilayani bersama
2. Transaksi independen
3. Bisnis unit yang beroprasi secara unik
4. Pengelolaan bisnis yang autonomous (dengan mesin)
5. Unit bisnis mengendalikan desain proses bisnis
6. Sedikit sekali standard data antar unit bisnis
7. Sebagian besar keputusan IT diambil di level unit bisnis.
2. Koordinasi Standarisasi rendah dan integrasi tinggi
1. Pelanggan, suplier, atau produk bersama
2. Berimplikasi terhadap transaksi unit bisnis lain
3. Unit bisnis atau fungsi yang beroperasi secara unik
4. Pengelolaan bisnis yang autonomous
5. Unit bisnis mengendalikan desain proses bisnis
6. Berbagi data pelanggan, suplier, dan produk
7. Proses konsensus dalam pengembangan infrastruktur IT, namun keputusan pengembangan aplikasi dilakukan di unit bisnis



3. Replikasi Standarisasi tinggi dan integrasi rendah
1. Sedikit sekali pelanggan bersama
2. Transaksi bersifat independen dan dikumpulkan pada level yang lebih tinggi
3. Unit bisnis beroperasi sejenis
4. Business leader
5. Kontrol terpusat atas desain bisnis proses
6. Definisi data distandarisasi namun data dimiliki secara lokal
7. Pengelolaan IT dilakukan secara terpusat
4. Unifikasi Standarisasi tinggi dan integrasi tinggi
1. Pelanggan dan suplier dapat bersifat lokal maupun global
2. Proses bisnis terintegrasi
3. Unit bisnis yang sejenis dan sebagian overlap
4. Manajemen terpusat dan lebih sering membentuk organisasi matriks
5. Proses standarisasi bersifat high level
6. Database terpusat
7. Keputusan IT dilakukan terpusat

B. Arsitektur Enterprise
Arsitektur enterprise adalah pengorganisasian logis untuk proses bisnis dan infrastruktur TI terkait dengan kebutuhan integrasi dan standarisasi dari sebuah Operating Model perusahaan. Elemen pokok pada arsitektur enterprise berbeda-beda, tergantung pada Operating Model yang digunakan. Kunci untuk mencapai aristektur enterprise yang efektif adalah dengan mengidentifikasikan proses, data, teknologi dan antarmuka dengan pelanggan sehingga Operating Model dapat menjadi kenyataan dan bukan sekedar visi.
Arsitektur enterprise berkaitan dengan bagaimana komunikasi dibuat atau dibangun dari proses bisnis tingkat tinggi dan dari kebutuhan IT suatu Operating Model perusahaan. Biasanya, arsitektur enterprise direpresentasikan dalam bentuk prinsip-prinsip, kebijakan-kebijakan dan pilihan teknologi yang kemudian semuanya dituangkan dalam sebuah gambar berbentuk diagram yang dapat mewakili ketiga komponen (proses, data, dan teknologi). Diagram ini disebut sebagai core diagram (diagram inti).
Core diagram berisi gambaran unit-unit bisnis beserta proses transaksi dan keterkaitan antar unit dalam menjalankan proses bisnisnya. Diagram ini berfungsi seperti sebuah blueprint pada gambar arsitektur bangunan sebagai dasar arsitektur bisnis perusahaan atau enterprise. Core diagram menyediakan wadah bagi para manajer untuk membangun dan mengembangkan arsitektur enterprise.


Secara umum, ada empat elemen dalam diagram inti arsitektur enterprise, yaitu:
1. Proses bisnis inti. Kelompok kecil proses bisnis ini menyatakan sekelompok kemampuan tetap yang diperlukan perusahaan untuk menjalankan operating model dan menjawab tantangan pasar.
2. Data bersama untuk mendorong proses inti. Data ini bisa berupa file pelanggan yang digunakan bersama di di seluruh lini produk dari institusi layanan keuangan atau data suplier beserta item yang dikelolanya yang digunakan bersama dalam sebuah perusahaan yang menyelenggarakan rantai pasok (supply chain).
3. Hubungan/keterkaitan utama dan teknologi otomatisasi. Teknologi-teknologi ini termasuk perangkat lunak yang dikenal sebagai “middleware” yang memungkinkan integrasi berbagai aplikasi dan akses ke data bersama, dan paket perangkat lunak utama lainnya seperti sistem ERP (yaitu teknologi otomatisasi). Teknologi kunci juga termasuk portal yang menyediakan standar akses ke beragam sistem dan data, atau antarmuka pelanggan yang membedakan sebuah perusahaan dengan pesaingnya. Antarmuka elektronik kepada kelompok pemangku kepentingan (karyawan, pelanggan, rekanan, dan suplier) juga dapat muncul dalam core diagram ini.
4. Pelanggan-pelanggan yang penting/utama. Bagian ini memperlihatkan sekelompok pelanggan utama yang dijadikan landasan dasar untuk pengambilan strategi perusahaan.

Tiap-tiap elemen pokok di atas bersifat spesifik untuk tiap perusahaan atau enterprise, tergantung pada Operating Modelnya. Dengan demikian, kita dapat melihat kemiripan dalam core diagram satu perusahaan yang memiliki operating model yang mirip.

C. Pendekatan Arsitektur Enterprise untuk menjelaskan Operating Model
Di bawah ini disajikan beberapa karakteristik yang dimiliki oleh arsitektur enterprise untuk keempat operating model di atas.

D. Arsitektur Enterprise untuk Model Koordinasi
Model koordinasi menyediakan layanan terpadu (integrated service) untuk tiap kelompok pelanggan utama. Keterpaduan tersebut dihasilkan dari berbagi data penting yang digunakan bersama oleh unit-unit bisnis untuk menyajikan satu antarmuka terhadap pelanggan. Model Koordinasi memperbolehkan perusahaan untuk mengintegrasikan sejumlah produk atau proses yang tidak terhitung (karena banyaknya jangkauan jenis produk) tanpa memaksakan standarisasi.
Diagram inti arsitektur enterprise untuk Model Koordinasi (Gambar 2) menempatkan titik perhatian pada upaya integrasi beragam proses bisnis dalam perusahaan dan, tentu saja, fokus pada data bersama (shared data). Sering kali pula, diagram inti juga akan menyoroti teknologi yang penting yang menggambarkan bagaimana para stakeholder bisa mengakses data-data tersebut. Karena sebagian besar proses pada Model ini bersifat unik, maka menjadi kurang penting untuk menampilkannya pada diagram inti model. Namun, ada kalanya sangat bermanfaat untuk mencantumkan satu atau beberapa proses penting yang perlu untuk dilakukan koordinasi.
Desain diagram inti model dimulai dengan pelanggan-pelanggan utama yang datanya dapat digunakan bersama-sama antar unit-unit bisnis. Selanjutnya, subset data perusahaan yang berkaitan dengan pelanggan dibagi dan digunakan bersama antar unit-unit bisnis untuk melayani pelanggan utama tersebut. Kemudian, semua teknologi yang penting terhadap integrasi data diidentifikasi. Di sini yang penting bukanlah teknologinya, melainkan adanya visi bersama dari manager bisnis dan IT tentang pentingnya integrasi data. Akhirnya, pertimbangkan perlu tidaknya menyertakan elemen proses bisnis.















Gambar 2. Model Operasi Koordinasi

E. Arsitektur Enterprise untuk Model Unifikasi
Dalam model operasi Unifikasi, standarisasi dan integrasi proses bisnis diperlukan untuk melayani berbagai jenis customer untuk tiap unit-unit bisnis. Teknologi digunakan baik sebagai penghubung maupun untuk otomatisasi proses.
Langkah yang bisa dilakukan dalam menyusun arsitektur enterprise untuk model unifikasi adalah pertama-tama dengan menentukan proses inti yang harus dijalankan. Ada tiga elemen yang diperlukan, yaitu dimulai dari identifikasi pelanggan atau pasar yang harus dilayaninya, membuat daftar proses kunci untuk distandarkan dan di-integrasikan, kemudian membagi data untuk dipergunakan bersama antar unit bisnis untuk menuju proses terintegrasi yang lebih baik dan untuk menjamin layanan kapada pelanggan.
Setelah didefinisikan proses intinya, langkah desain diarahkan pada bagaimana hasil atau outcome-nya. Pada langkah ini digambarkan proses-proses yang dilakukan dalam mencapai tujuan dan sasaran yang diinginkan dengan melibatkan data, teknologi dan proses-proses bisnis yang mendukungnya. Secara umum gambar diagram inti disajikan di bawah ini.
















Gambar 3. Model Operasi Unifikasi

F. Arsitektur Enterprise untuk Model Diversifikasi
Model Diversifikasi merupakan kebalikan dari model Unifikasi di mana model Diversifikasi hanya membutuhkan integrasi dan standarisasi yang rendah. Tiap pekerjaan berjalan dengan saling lepas (tidak saling tergantung), walau sebenarnya ada kesempatan untuk berbagi layanan antar unit dalam perusahaan tersebut.
Proses berbagi terjadi hanya pada infrastruktur teknis saja. Sering kali, perusahaan-perusahan yang mengadopsi model Diversifikasi mengatur skala ekonominya melalui pemanfaatan teknologi bersama. Pemanfaatan teknologi secara bersama ini merupakan elemen penting dari diagram inti arsitektur enterprise. Pemanfaatan bersama dari teknologi dan layanan pada Diversifikasi biasanya menyertakan pusat data, jaringan telekomunikasi, pengembangan dan pemeliharaan sistem, negosiasi vendor yang terpusat dan help desk.
Desain diagram inti Model Diversifikasi (Gambar 4) dimulai dengan teknologi yang bisa dimanfaatkan bersama-sama dalam mendukung skala ekonominya, standarisasi atau kepentingan lainnya. Penggabungan elemen-elemen penting lainnya – jenis pelanggan kunci, proses-proses bisnis dan data – hanya dilakukan jika diperlukan. Misalnya, beberapa perusahaan dengan model Diversifikasi memerlukan proses dan data yang distandarisasi untuk pelaporan keuangan, manajemen resiko dan pemenuhan semua unit bisnisnya. Penyediaan antarmuka tunggal untuk pelanggan pada perusahaan Diversifikasi sangat jarang dilakukan.

G. Arsitektur Enterprise untuk Model Replikasi
Model Operasi Replikasi (Gambar 4) akan berhasil jika proses-proses penting distandarisasi secara keseluruhan dalam perusahaan dan didukung oleh teknologi yang terotomatisasi. Replikasi mengijinkan perluasan usaha dan skalabilitas bisnis yang cepat. Dengan mengidentifikasi kategori layanan utama, diagram arsitektur enterprise membantu manajemen memahami kemampuan yang ada dan berkesempatan membuat target baru.

















Gambar 4. Model Operasonal Replikasi
Model Replikasi berkutat pada proses yang distandarisasi. Diagram inti arsitektur enterprise menunjukkan proses standar kunci dan teknologi penting yang memungkinkan proses-proses model Replikasi berjalan. Data jarang muncul dalam diagram inti karena perusahaan Replikasi tidak secara khusus berbagi data pada semua unit bisnis. Untuk meningkatkan skala ekonominya, perusahaan-perusahaan ini mengotomatisasikan proses-proses penting, yaitu dengan pembuatan modul-modul bisnis yang bisa dipergunakan kembali. Diagram inti juga biasanya menunjukkan teknologi yang dimanfaatkan bersama untuk menghubungkan proses-proses yang distrandarisasi tersebut.
Teknologi-teknologi untuk melakukan otomatisasi proses selanjutnya perlu diidentifikasi. Setelah itu, perlu dipertimbangkan teknologi apa, jika ada, yang bisa dimanfaatkan bersama antar unit bisnis untuk menghubungkan proses-proses yang distandarisasi tersebut. Biasanya ini tidak terlalu diperlukan pada model Replikasi untuk keperluan berbagi data atau mengenali pelanggan. Tiap unit bisnis membuat keputusan secara lokal.
Untuk menetapkan landasan bagi pelaksanaan strategi perusahaan di PT Kereta Api Indonesia (PT KAI), perlu dilakukan kajian singkat untuk menentukan operating model mana yang dapat mewakili operating model PT KAI. Dari operating model tersebut, selanjutnya dapat digambarkan diagram inti dari arsitektur enterprise PT KAI. Diagram ini selanjutnya berguna untuk merencanakan arsitektur PT KAI ke dapan. Bila melihat kepada keempat model di atas, PT KAI lebih cenderung untuk beroperasi di kuadran Unifikasi, dengan karakteristik sebagai berikut:
1. managemen terpusat dengan unit bisnis yang bersifat matriks (dengan adanya Managemen Daerah Operasi (DAOP) di bawah Direktorat Operasi, Managemen Telekomuniksi dan Sinyal di bawah Direktorat Teknik, dan sebagainya)
2. bisnis unit yang memiliki proses yang bertindih atau sama, seperti antar DAOP, antara Komunikasi dan Sinyal, dan sebagainya
3. desain proses yang terpusat
4. database terpusat
5. pengambilan keputusan tentang IT dilakukan terpusat

Setelah diketahui operating model-nya, selanjutnya adalah penentuan diagram inti dari arsitektur enterprisenya. Proses penentuan diagram inti untuk model ini meliputi pendefinisian pelanggan, penentuan proses kunci, dan penentuan data yang dapat dibagi antar unit bisnis dalam PT KAI.




H. Pelanggan dan Pasar Utama
Sampai hari ini, PT KAI adalah satu-satunya perusahaan yang memegang hak penyelenggaraan transportasi kereta api di Indonesia. Hak ini masih dipertahankan dengan pertimbangan bahwa transportasi kereta api adalah menyangkut hajat hidup orang banyak, sehingga berdasarkan UUD 1945, penyelenggaraannya dilakukan oleh negara. Untuk menjalankan tugasnya ini, negara menunjuk PT Kereta Api Indonesia sebagai operator layanan perkeretaapian.
Walaupun bersifat monopoli, PT KAI pun tidak dapat lepas dari adanya kompetisi. Bila melihat kepada Competitive Force Model dari Porter, tantangan kompetisi munculnya adalah dari 2 sisi, yaitu nilai tawar pelanggan (bargaining power of buyer) dan munculnya produk alternatif selain kereta api yang menawarkan layanan lebih baik dan lebih murah. Adapun konsep dan strategi yang dilakukan antara lain :

Pelayanan
• Produk Dekat Sedang Jauh
• Transportasi Manusia Utama
• Bisnis
• Ekonomi
• Transportasi Barang Ekonomi

Proses Bisnis Kunci yang Distandarisasi
• Ticketing
• Dispatching
• Traffic Control
• Pemeliharaan

Data Kunci yang Digunakan Bersama
• Data pelanggan
• Data penumpang
• Data gerbong
• Data lokomotif
• Data logistik kereta api.






I. Sekilas Tentang Aplikasi ERP
Kendala :
1. Ketatnya persaingan.
2. Margin keuntungan yang relatif tipis.
3. Proses bisnis dan sistem informasi belum terintegrasi.
4. Perubahan tren pasar sangat cepat.
Strategi:
1. Membangun proses bisnis terpadu dengan sistem ERP.
2. Mendayagunakan TI secara efektif.
3. Meningkatkan penjualan di pasar ritel.
4. Memasuki pasar elektronik dengan merek Visio.
Nilai Tambah Sistem ERP :
1. Mempermudah analisis dan pengambilan keputusan.
2. Membuat proses bisnis dan sistem informasi menjadi terpadu.
3. Meningkatkan kontrol dan mempermudah proses perencanaan.
4. Menurunkan inventori hingga 40%.
5. Memperbaiki tingkat layanan pelanggan (Herdiawan, 2006).


















III. REFERENSI

Amin. D, 2007. Enterprise Resource Planning at http://www.erpweaver.com/index.php. Diakses tanggal : 21 Februari 2008.

Arioseno, 2006. Konsep Enterprise Resource Planning (ERP) at http://namche-jogja.blogspot.com/2007/10/namche-enterprise-resource-planning-erp.html. Diakses tanggal : 21 Februari 2008.

Binus Corner Team, 2007. SAP sebagai ERP (Enterprise Resources Planning) at http://binuscorner.blogspot.com/2007/08/sap-sebagai-erp-enterprise-resources.html. Diakses tanggal : 20 Februari 2008.

CIO ITB, 2008. Implementasi Operating Model melalui Arsitektur Enterprise (Studi Kasus PT. KAI) at http://en.wikipedia.org/wiki/Operating_Model. Diakses tanggal : 21 Februari 2008.

Datascript Advertorial Team, 2006. COLOP – Self Inking Stamp at http://portal.cbn.net.id/cbprtl/cybershopping/detail.aspx?x=Advertorial&y=cybershopping%7C0%7C0%7C2%7C39. Diakses tanggal : 23 Februari 2008.

Harja, Y. D, 2006. Penerapan Teknologi ERP (Enterprise Resource Planning) at http://yudadh.wordpress.com/2006/12/25/penerapan-teknologi-erp-enterprise-resource-planning/html. Diakses tanggal : 20 Februari 2008.

Herdiawan. P, 2006. Penerapan Sistem ERP di PT. Zyrexindo Mandiri Buana at http://www.wartaekonomi.com/detail.asp?aid=7288&cid=24. Diakses tanggal : 23 Februari 2008.

Hesti. T. P, 2007. Implementasi ERP: Antara Kebutuhan dan Keinginan at http://www.erpweaver.com/index.php. Diakses tanggal : 21 Februari 2008.

Kembaren. L, 2007. Transparansi RNI dengan Teknologi Informasi at http://jurnalnasional.com/?med=koranharian&sec=PROFIT.html. Diakses tanggal : 21 Februari 2008.

Kontinum Era Artha Distribution Team, 2005. The End to End Solution at http://www.kontinum.com/id/products.html. Diakses tanggal : 23 Februari 2008.

Mahadwartha. P. A, 2006. Cost Efficiency at http://tufe.ubaya.ac.id/indonesia/news3.htm. Diakses tanggal : 23 Februari 2008.

Mutiara. A. B, 2007. ERP : Openbravo at http://nustaffsite.gunadarma.ac.id/blog/amutiara/2007/04/01/erp-openbravo/. Diakses tanggal : 23 Februari 2008.

Rachmanto. F, 2007. Genetika Pengusaha at http://fauzirachmanto.blogspot.com/2007_09_01_archive.html. Diakses tanggal : 23 Februari 2008.

Rezkisari. I, 2007. ERP, Solusi Kemacetan Jakarta at http://library.pelangi.or.id/?pilih=arsip&topik=7&nid=2457. Diakses tanggal : 23 Februari 2008.

Salim. M. B. A, 2007. ERP Sebagai Trend Sistem Informasi Dewasa at http://bayubangget.blogspot.com/2007_09_01_archive.html. Diakses tanggal : 23 Februari 2008.

Sumarna. D. L, 2006. Pengembangan Model Pengukuran Sukses ERP dan Hubungan Kausalitas Antar Dimensinya (Studi Kasus : PT. Telkom) at http://digilib.itb.ac.id/index.php. Diakses tanggal : 20 Februari 2008.

Surahyo, 2007. Mau Tahu Sistem Informasi Saat Ini at http://surahyo.blogspot.com/2007/07/enterprise-information-system-eis.html. Diakses tanggal : 20 Februari 2008.

Syarwani. M, 2007. Survey ERP (Enterprise Resource Planning) at http://ipoms.web.id/j/index.phpoption=com_content&task=section&id=i&Itemid.html. Diakses tanggal : 21 Februari 2008.

Tim Quantan, 2007. SQL Server Enterprise Edition/ Data Center Edition at http://quantan.wordpress.com/2007/10/. Diakses tanggal : 23 Februari 2008.

Uchrowi. Z. 2007. Penerapan ERP dalam Konsep Electronic Road Pricing at http://jawabali.com/search/lalu+lintas+jakarta. Diakses tanggal : 23 Februari 2008.

Utomo. W, 2007. Implementasi Sistem Oracle Business Intelligent (OBI) at http://jurnalnasional.com/?med=koranharian&sec=PROFIT.html. Diakses tanggal : 21 Februari 2008.

Wibisono. Y, 2005. Implementasi ERP ; Tidak Sekedar Berat Tapi Juga Amat Melelahkan at http://geeks.netindonesia.net/blogs/yusuf.wibisono/archive/2005/08/02/.aspx. Diakses tanggal : 23 Februari 2008.

Zainuddin, 2007. Efisiensi PLN Melaui Sistem Prabayar at http://jurnalnasional.com/?med=koranharian&sec=PROFIT&rbrk=&id+15056.htm. Diakses tanggal : 21 Februari 2008.

Tidak ada komentar: